Kamis, 26 Januari 2012

TUMOR UTERUS (MIOMA UTERI)

MIOMA UTERI

Ya, penyakit perempuan ini
memang pasti membuat kita
ngeri kalau sampai dialami.
Oleh karena itu, sebelum
menjadi mimpi buruk, ada
baiknya dikenali, dideteksi, dan
diketahui kapan harus dioperasi.

Jangan sampai membuat
kesuburan terganggu........!!!!

Mioma uteri merupakan kependekan dari Leiomyoma Uteri (Fibroid). Ini merupakan sejenis tumor atau benjolan jinak otot polos. Benjolan ini umumnya menempati rahim dan sekitarnya. Karena termasuk tumor jinak, maka kemungkinan benjolan ini menjadi ganas atau bertransformasi menjadi kanker sangatlah kecil (sekitar 0,05%). Persentasi kejadian mioma uteri pada kulit berwarna cukup tinggi, berkisar antara
30—50%. Mioma uteri juga akan berkembang baik kalau ada rangsangan hormon estrogen. Inilah yang membuat mioma uteri sering dijumpai pada usia reproduktif
.
Ukuran dan Lokasi
Pengaruh mioma uteri terhadap kesehatan dan kesuburan wanita sangat ditentukan oleh ukuran dan lokasinya. Mioma uteri yang terletak di luar rahim dan masih di rongga perut biasanya akan berhubungan
dengan rahim melalui satu tangkai yang memberikan darah sebagai sumber kehidupan benjolan ini. Dalam dunia medis, ini disebut pedunculated fibroid. Benjolan ini dapat bergerak sesuai dengan perubahan posisi badan. Akibatnya, bukan tidak mungkin akan terjadi pemuntiran pada tangkainya. Jika hal itu terjadi, benjolan ini akan kekurangan darah sehingga menyebabkan kematian pada jaringan mioma. Saat terjadi pemuntiran tangkai tersebut, penderita akan mengalami kesakitan perut hebat mendadak.

Tindakan pengobatannya adalah dengan mengangkat mioma tersebut. Lain halnya jika letak mioma di
rongga panggul dan berukuran besar. Mioma ini bisa menimbulkan rasa sakit pinggang bagian bawah. Jikalau benjolan ini menekan saluranair seni dari ginjal ke kandungkemih, akan memberikan efek bendungan terhadap ginjal. Lama-kelamaan, fungsi ginjal pun akan terganggu. Jika mioma uteri berada di mulut rahim dan berhubungan dengan dinding rahim melalui satutangkai sebagai sumber makanan, keluhannya dapat berupa pendarahan terus-menerus yang bercampur lendir. Posisi mioma seperti itu juga akan memperkecil
kemungkinan penderita untuk bisa hamil. Dalam dunia medis, mioma jenis ini juga dikenal dengan pedunculated submucous fibroid. Mioma uteri yang tumbuh di dinding rahim bisa menonjol keluar, ke dalam, atau terbenam di dalamnya. Mioma uteri yang menonjol keluar dikenal dengan istilah subserous fibroid.
Efek mioma uteri jenis ini lebih banyak ke arah mekanis, seperti menekan kandung kemih, usus besar, ataupun saluran telur. Akibat yang ditimbulkannya tergantung efek penekanan itu, bisa gangguan buang air kecil, besar, atau pun tidak hamil. Mioma uteri yang terbenam di dalam dinding rahim dikenal dengan istilah intramural fibroid. Posisi mioma uteri ini dapat mengganggu kontraksi rahim. Pada saat menstruasi, rahim akan memeras darah haid keluar dari rongganya. Namun, karena adanya mioma uteri di dalam dinding rahim, proses pemerasan tersebut pun akanterganggu. Akibatnya, dara haid yang seharusnya bisa keluar lancar akan terganggu, sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman serta pendarahan menstruasi agak memanjang dan banyak. Mioma uteri yang berada di sebelah dinding dalam dikenal sebagaisubmucous fibroid. Mioma uteri jenis ini paling sering menimbulkan masalah pendarahan.Ini sesuai dengan lokasinya di
permukaan dalam dinding rahim walaupun ukurannya kecil.

Deteksi Mioma Uteri
Umumnya, mioma uteri dapat diketahui dari pemeriksaan ginekologis dan ultrasonografi (USG). Pemeriksaan USG bisa menggambarkan dengan jelas letak, ukuran, dan karakteristiknya. Untuk penanganannya, akan disesuaikan berdasarkan keluhan yang timbul. Bisa dilakukan operasi pengangkatan ataupun cukup diikuti perkembangannya secara periodik.

dr. Azen Salim Sp.OG(K)
Dokter Spesialis Penyakit
Kandungan & Kebidanan
RS Pondok Indah









LETAK SUNGSANG

1. Pengertian :
Kehamilan sungsang atau letak sungsang adalah posisi dimana bayi di dalam rahim berada dengan kepala di atas sehingga pada saat persalinan normal, pantat atau kaki si bayi yang akan keluar terlebih dahulu dibandingkan dengan kepala pada posisi normal.
2. Faktor penyebab :
  1. Bobot janin relatif  rendah. Hal ini mengakibatkan janin bebas bergerak. Ketika menginjak usia 28-34 minggu kehamilan, berat janin makin membesar, sehingga tidak bebas lagi bergerak. Pada usia tersebut, umumnya janin sudah menetap pada satu posisi. Kalau posisinya salah, maka disebut sungsang.
  2. Rahim yang sangat elastis. Hal ini biasanya terjadi karena ibu telah melahirkan beberapa anak sebelumnya, sehingga rahim sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.
  3. Hamil kembar. Adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim.
  4. Hidramnion (kembar air). Volume air ketuban yang melebihi normal menyebabkan janin lebih leluasa bergerak walau sudah memasuki trimester ketiga.
  5. Hidrosefalus. Besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan (hidrosefalus) membuat janin mencari tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim.
  6. Plasenta previa. Plasenta yang menutupi jalan lahir dapat mengurangi luas ruangan dalam rahim. Akibatnya, janin berusaha mencari tempat yang lebih luas yakni di bagian atas rahim.
  7. Panggul sempit. Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang.
  8. Kelainan bawaan. Jika bagian bawah rahim lebih besar daripada bagian atasnya, maka janin cenderung mengubah posisinya menjadi sungsang.
3. Tindakan apa yang harus dilakukan? Selain upaya yang dilakukan bidan, maka Andapun bisa mengupayakan sendiri agar janin kembali ke posisi semula :
  1. Anda dianjurkan untuk melakukan posisi bersujud (knee chest position), dengan posisi perut seakan-akan menggantung ke bawah. Cara ini harus rutin dilakukan setiap hari sebanyak 2 kali, misalnya pagi dan sore. Masing-masing selama 10 menit. Bila posisi ini dilakukan dengan baik dan teratur, kemungkinan besar bayi yang sungsang dapat kembali ke posisi normal. Kemungkinan janin akan kembali ke posisi normal, berkisar sekitar 92 persen. Dan posisi bersujud ini tidak berbahaya karena secara alamiah memberi ruangan pada bayi untuk berputar kembali ke posisi normal.
  2. Usaha lain yang dapat dilakukan oleh bidan adalah mengubah letak janin sungsang menjadi normal dengan cara externalcephalic versin/ECV. Metode ini adalah mengubah posisi janin dari luar tubuh sang ibu.  Cara ini dilakukan saat kandungan mulai memasuki usia 34 minggu. Sayangnya, cara ini menimbulkan rasa sakit bahkan kematian janin, akibat kekurangan suplai oksigen ke otaknya.